PENJURU.ID | OPINI – Pendidikan karakter semakin krusial di era modern ini, terutama dalam membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga memiliki moral dan etika yang kuat. Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk kepribadian siswa melalui nilai-nilai seperti disiplin, tanggung jawab, dan integritas. Namun, apakah pendekatan yang digunakan dalam sistem pendidikan kita telah efektif dalam mencapai tujuan ini?
Pendidikan Karakter di Sekolah: Apa yang Terjadi?
Pendidikan karakter di sekolah selama ini banyak disampaikan melalui metode ceramah dan hafalan. Model ini menekankan pengajaran nilai-nilai moral seperti kejujuran dan tanggung jawab, tetapi terbatas pada aspek kognitif saja. Hal ini membuat siswa sering kali memahami nilai-nilai tersebut secara teoritis, tetapi tidak menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Larry Nucci dan Darcia Narvaez (2014) dalam Handbook of Moral and Character Education, pendidikan karakter harus mencakup berbagai pendekatan yang mengintegrasikan aspek moral dan sosial dalam proses belajar mengajar. Mereka menekankan bahwa tanpa pendekatan yang holistik, pendidikan karakter tidak akan dapat membentuk sikap positif yang diharapkan.
Ketidakseimbangan antara Teori dan Praktik
Kekurangan ini terlihat dalam pendekatan lama, di mana siswa tidak terlibat dalam kegiatan yang menuntut penerapan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan nyata. Akibatnya, mereka hanya menghafal teori tanpa kesempatan untuk menginternalisasi dan memperkuat karakter mereka melalui pengalaman langsung.
Model Pembelajaran Baru: Pendekatan Lebih Kontekstual
Penerapan Kurikulum Merdeka menawarkan pendekatan baru dalam pendidikan karakter melalui metode seperti Project-Based Learning (PBL). Model ini memberi siswa kesempatan untuk belajar melalui pengalaman nyata. Menurut Munif Chatib (2016) dalam bukunya Sekolahnya Manusia: Menjadikan Sekolah yang Menyenangkan dan Memberdayakan, lingkungan belajar yang menyenangkan dapat membantu siswa merasakan dan memahami nilai-nilai karakter dengan lebih baik.
Sebagai contoh, proyek kebersihan lingkungan di sekolah memungkinkan siswa belajar tentang tanggung jawab melalui tindakan nyata. Pengalaman ini membantu siswa memahami dan merasakan pentingnya nilai-nilai moral yang diajarkan, seperti disiplin dan kerja sama. Pendekatan ini lebih efektif karena siswa belajar dari tindakan langsung yang memperkuat pemahaman mereka tentang karakter.
Mengapa Pendekatan Baru Lebih Efektif?
Pendekatan kontekstual dan praktis ini sejalan dengan teori multiple intelligences yang diperbarui oleh Howard Gardner (2011) dalam Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences. Gardner menjelaskan bahwa pendidikan karakter bisa diperkaya dengan memahami kecerdasan yang beragam pada siswa. Dengan model pembelajaran yang lebih holistik, siswa tidak hanya mengembangkan kecerdasan intelektual tetapi juga keterampilan sosial dan emosional yang membantu membentuk karakter mereka.
Dalam pendekatan lama, kecerdasan moral siswa sering kali hanya dinilai melalui ujian tertulis. Namun, pendekatan baru ini memberi siswa kesempatan untuk mempraktikkan nilai-nilai moral dalam situasi nyata, sehingga memperkuat kecerdasan interpersonal dan intrapersonal mereka. Pendekatan ini membuat pendidikan karakter lebih relevan dan bermanfaat bagi kehidupan mereka.
Menuju Pendidikan Karakter yang Lebih Baik
Meskipun pendekatan ini menawarkan banyak keunggulan, tantangan masih ada dalam implementasinya. Guru perlu mendapatkan pelatihan yang lebih baik untuk memfasilitasi pembelajaran yang lebih interaktif dan berbasis pengalaman. Berkowitz dan Bier (2014) dalam artikel mereka yang berjudul “Character education: A shared responsibility,” yang diterbitkan dalam Journal of Moral Education, menjelaskan bahwa guru yang terlatih dalam pendidikan karakter memiliki kemampuan yang lebih baik untuk membimbing siswa dalam mengembangkan sikap dan perilaku positif. Penekanan mereka pada kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan komunitas menjadikan pendidikan karakter sebagai tanggung jawab bersama, yang esensial untuk keberhasilan pendidikan karakter yang lebih efektif.
Transformasi dalam pendidikan karakter tidak hanya membutuhkan perubahan dalam kurikulum tetapi juga dukungan yang lebih luas dari seluruh ekosistem pendidikan. Dengan model pembelajaran yang lebih praktis dan terlibat, siswa diharapkan mampu menginternalisasi nilai-nilai moral dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga memiliki karakter yang kuat.
Penutup
Pendidikan karakter bukan hanya soal memberikan pengetahuan moral tetapi juga tentang menciptakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa memahami dan merasakan pentingnya nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka. Dengan pendekatan yang lebih kontekstual dan berbasis proyek, pendidikan karakter dapat bertransformasi menjadi lebih efektif dan relevan. Transformasi ini akan membantu membentuk generasi muda yang tidak hanya pintar secara akademis tetapi juga memiliki moral dan karakter yang kuat, siap menghadapi tantangan di masa depan.
Penulis :
- Riska Putri (Mahasiswa Prodi PPKn Universitas Pamulang)
- Sulastri, S.Pd.,M.H. (Dosen Prodi PPKn Universitas Pamulang)