PENJURU.ID | Pekalongan – Pembuatan lopis raksasa merupakan tradisi masyarakat Kerapyak, Pekalongan, Jawa Tengah. Tradisi ini rutin dilakukan setiap sepekan setelah Hari Raya atau pada 7 Syawal. Tradisi tersebut dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat yang telah diberikan selama bulan Ramadhan.
Prosesi tradisi ini diawali dengan doa bersama para tamu yang dipimpin oleh pemerintah setempat atau tokoh masyarakat, kemudian lopis yang dipajang di panggung acara dibagikan kepada para tamu yang hadir oleh panitia penyelenggara. Tradisi ini bisa dihadiri oleh masyarakat dari berbagai daerah, baik masyarakat daerah itu sendiri maupun masyarakat dari luar daerah.
Masyarakat Kerapyak juga memiliki acara lain selain pemotongan lopis raksasa yaitu “open house” bagi para tamu yang datang baik warga daerah itu sendiri maupun warga dari daerah lain. Setiap rumah menyediakan lopis ukuran biasa yang ditabur kelapa serta menyuguhkan lotis (rujak buah), hal itu dilakukan untuk mempererat tali silahturahmi bagi para tamu yang dikenal maupun tidak.
Asal usul Tradisi Lopis Raksasa
Tahun 1950 Bung Karno hadir dalam rapat akbar di Lapangan Rodjo dan berpesan pada masyarakat Pekalongan untuk bersatu seperti lopis. Hal tersebut yang mengispirasi adanya tradisi ini.
Mulanya masyarakat Kerapyak hanya menyajikan lopis dengan ukuran biasa dan disajikan kepada tamu yang hadir ketika bulan Syawal tiba. Tidak hanya lopis yang disajikan, tetapi masyarakat Kerapyak juga menyajikan lotis (rujak buah). Kemudian, pada tahun 1956 barulah dilakukan upacara pemotongan lopis raksasa oleh Kepala Desa pada masa itu. Hingga tradisi tersebut menjadi tradisi rutin yang dilakukan setiap tahun.
Lopis raksasa ini memiliki berat hampir 1 ton dengan tinggi sekitar 1-2 meter atau bahkan lebih. Hingga pernah mendapat rekor muri dari Museum Rekor Indonesia.
Makna dari lopis raksasa ini yaitu untuk mempererat tali silahrutahmi. Selain itu, lopis yang terbuat dari ketan ini memiliki tekstur yang lengket, hal tersebut melambangkan persatuan. Warna ketan yang putih ini melambangkan kesucian. Artinya jika dikaitkan dengan pelaksanaannya di Bulan Ramadhan berarti memiliki arti kembali ke fitri.
Tali yang digunakan untuk melilit lopis terbuat dari serat pelapah pisang memiliki arti kekuatan. Sedangkan, daun pisang pembungkus lopis memiliki arti bahwa Islam selalu menumbuhkan kebaikan. Pohon pisang dianggap oleh masyarakat Kerapyak sebagai pohon yang memiliki keagungan, karena pohon pisang akan mati jika sudah ditebang atau setelah memberikan manfaat kepada manusia.