PENJURU.ID | Banten – Indonesia dalam beberapa hari ini tengah diganggu dengan keberadaan berita bohong (hoax) seputar UU Cipta Kerja serta ujaran kebencian (hate speech) dan provokasi yang menyebar viral diberbagai media sosial.
Ironisnya, hoax dan hate speech sulit dibendung di tengah kemajuan teknologi informasi, Kamis (15/10/2020).
Hoax UU Cipta Kerja ini malah dimanfaatkan kelompok radikal dan kelompok yang anti terhadap pemerintahan Presiden Jokowi untuk melakukan provokasi yang bertujuan untuk merusak Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Koordinator Agama Cinta, Gus Sholeh Marzuki biasa dipanggil Gus Sholeh mengungkapkan, kelompok radikal sangat pintar memanfaatkan hoax untuk melakukan provokasi. Hal tersebut berbahaya dikarenakan kelompok radikal ingin memecah belah NKRI bersinergi dengan para pembenci Jokowi. Untuk itu, kita harus bisa memperkuat diri dengan saling berbagi, saling menyantuni, saling mengajarkan yang baik. Juga jangan saling menghujat, jangan mudah percaya terhadap sumber berita yang belum tentu benar agar keberagaman yang ada di dalam bangsa ini tidak mudah terpecah belah.
Menurutnya, keberadaan hoax dan hate speech tidak lepas dari kultur masyarakat Indonesia yang kurang mau membaca dengan teliti dahulu sebelum share, maka berita-berita yang beredar di media sosial susah dibedakan mana berita yang benar dan hoax, sehingga masyarakat kita banyak sudah yang tidak percaya lagi mana berita benar dan tidak. Itu terjadi karena terlalu seringnya berita hoax di media dan hate speech beredar di media sosial, yang akhirnya mudah terprovokasi.
Maka dari itu harus ada lembaga, komunitas atau golongan yang benar-benar bisa menjadi panutan bagi masyarakat dalam memerangi hoax dan hate speech agar tidak mudah terprovokasi.
“Lembaga agama, seharusnya bisa menjadi peranan penting dalam memerangi hoax dan hate speech, tapi akhir-akhir ini justru kenyataan terbalik, karena faktanya masih ada lembaga agama yang kadang juga menciptakan sebagian dakwah-dakwah yang memprovokasi. Ini sangat naif sekali,” ujar Gus Sholeh.
Menurutnya, lembaga semacam itu jelas tidak mendidik dan tak mencerdaskan generasi bangsa.
Sebab, lembaga seperti itu tidak bisa membuat karakter orang menjadi jujur, santun, dan saling menghormati dalam bingkai toleransi beragama.
“Kalau hal semacam ini dibiarkan maka nanti yang terbina justru musuh. Padahal semua makhluk Tuhan itu saudara kita semua. Marilah saling menghormati, jangan menghujat satu sama lain,” tambahnya.
Untuk merealisasikan itu, Gus Sholeh dengan Komunitas Agama Cinta mengajak seluruh manusia untuk saling berbagai, menyantuni, mengajarkan yang baik, dan tidak mudah percaya dengan sumber berita yang belum tentu benar.
Langkah ini dinilai bisa menjadi modal untuk menghilangkan atau meminimalisasi sikap dan perilaku menciptakan kebohongan.
Pemerintah juga diharapkan bisa membuat langkah tepat untuk meredam hoax dan hate speech ini.
Caranya, pemerintah bisa menjadi sumber informasi yang benar.
Artinya pemerintah, baik pejabat atau lembaga, tidak boleh mengeluarkan pernyataan yang tak benar, atau pernyataan yang menimbulkan polemik yang mudah digoreng polemik tersebut yang akhirnya masyarakat terpovokasi dan terjadinya demo turun kejalan dan bila hebatnya hoax dan provokasi dari para provokator, akhirnya terjadi aksi anarkisme dan vandalisme.
Untuk lebih detailnya, silahkan ikuti webinar kebangsaan lintas iman, yang dilaksanakan oleh ‘Agama Cinta’ pada edisi 9, bertemakan “Indonesia Damai Tanpa Hoax dan Provokasi di aplikasi Zoom pada hari Sabtu, tanggal 17 Oktober 2020, dari Jam 14.00 – 17.00 WIB.
Webinar tersebut akan mendatangkan beberapa Tokoh dan Narasumber yaitu, Habib Ja’far Shodiq bin Yahya Sufi Musafir, Penyuluh Agama Kristen Kementerian Agama RI, Ketua MATAKIN (Majelis Tinggi Agama Konghuchu Indonesia), Bidang Pelayanan Umat, Rois Syuriah PCINU Mesir, Praktisi Pemuda Buddhis Berkearifan Lokal, Rohaniwan Hindu, Kementerian Agama, Dekorwil Pusat Koordinasi Hindu Indonesia Jabodebek, Komunitas Katholik, (Barisan Pencinta Pancasila), Komunitas Goebok Indonesia.
(INS-GSM)