Dilema Pilkada Serentak: Antara Pesta Demokrasi dan Protokol Kesehatan

Irwan, Ketua BEM Unram

PENJURU.ID | Opini – Momentum Pemilihan Kepala Daerah tahun 2020 mesti harus dimaknai secara mendalam. Sebab, momentum ini tidak hanya berbicara tentang kontestasi perpolitikan kita, namun lebih dari itu, ada pelajaran politik dari peristiwa demokrasi serta lahirnya kepemimpinan yang di harapkan oleh masyarakat yang sesungguhnya.

Beberapa bulan terakhir para Bakal Pasangan Calon (Bapaslon) Kepala Daerah semakin menggencarkan sosialisasi serta melakukan silaturahim politik. Para figur yang hadir di ruang publik sebagai calon pun  berlomba-lomba meningkatkan popularitas serta elektabilitas jelang pemilihan berlangsung, bahkan sampai masa pendaftaran tiba pada beberapa hari yang lalu.

Bacaan Lainnya

Namun, pada hari H pendaftaran berlangsung, ada sebuah pemandangan yang penulis rasa sangat disayangkan. Apalagi itu di perlihatkan oleh para calon pemimpin kita. Dimana ada kerumunan terjadi, serta arak-arakan dari masing-masing pendukung dan team dari bakal calon.

Banyak sekali yang mengabaikan protokol kesehatan. Dimana para pendukung dan simpatisan tidak mengatur jarak. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti Masker dan Hand sanitizer. Padahal sudah sangat jelas mematuhi protokol pandemi salah satu teknis aturan yang harus dipatuhi dalam pemilu.

Kita menyadari bahwa Negara kita, bahkan dunia pun sedang dirundung oleh masalah besar, yakni Covid-19. Dimana setiap hari kasus yang postif semakin meningkat, tanpa terkecuali di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Bahkan Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat pun sudah mengeluarkan Surat Edaran tentang Penanggulangan Penyakit Menular No. 07 Tahun 2020. Di mana melarang masyarakat untuk melakukan kegiatan yang mengumpulkan banyak orang dengan tujuan untuk memutus mata rantai dari penyebaran Covid-19.

Namun, sangat terlihat jelas massa berkerumun pada momentum pendaftaran bakal pasangan calon Kepala Daerah  ke KPU, padahal yang kita sadari sekarang sedang ada wabah virus Corona.

Ini yang sangat penulis sayangkan, sebab beberapa bulan yang lalu ada pembahasan untuk penundaan dengan alasan masih tingginya angka penyebaran dari Covid-19. Namun sekarang tahapannya sudah dilanjutkan. Bahkan khawatir tentang banyaknya kerumunan akhirnya terjadi. Sehingga hal ini sangat rawan sekali cepatnya penyebaran penyakit ini.

Para elit politik seakan memaksakan kehendak, tanpa memperhatikan kondisi kesehatan masyarakat yang sesungguhnya.

Ini menunjukkan bahwa calon pemimpin kita hari ini tidak menunjukkan kesadaran tentang kondisi tersebut. Mereka memiliki mata tapi tak melihat, memiliki telinga tapi tak mendengar, memiliki hati tapi tak bisa merasa.

Sekali lagi ini sangat disayangkan dan menjadi peringatan yang nyata serta teguran keras kepada para calon pemimpin yang akan menjadi panutan kita semua.

Oleh: Irwan (Presiden Mahasiswa Universitas Mataram)

Pos terkait