Tokoh Oposisi Rusia, Alexei Navalny diracuni untuk Gugurkan Sanksi

Tokoh Oposisi Rusia, Alexei Navalny (sumber: ABC)

PENJURU.ID | Internasional – Pemerintah Rusia meluncurkan pernyataan usai Menteri Luar Negeri Kelompok Tujuh (G7) pada Selasa (8/9/2020) menuntut agar negara tersebut segera bertanggung jawab atas kasus dugaan keracunan tokoh oposisi Alexei Navany yang sengaja dipakai untuk sebuah kampanye disinformasi demi mempromosikan sanksi baru terhadap Rusia.

Kementerian luar negeri Rusia menerangkan, “Kampanye disinformasi besar-besaran sedang terjadi yang betujuan untuk ‘memobilisasi sentimen sanksi’ dan tidak ada hubungannya dengan kesehatan Navalny atau ‘mencari tahu alasan sebenarnya ia dirawat di rumah sakit,” tulisnya.

Menanggapi pernyataan G7, Kemenlu Rusia menegaskan kembali tuduhan Jerman bahwa tempat Navalny diamankan telah menolak untuk tidak memberikan informasi lebih lanjut atas dugaan kasus keracunan Alexei Navalny. Negara-negara G7 tersebut adalah Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, dan Jepang mengonformasi Alexei Navalny adalah tokoh oposisi Presiden Valdimir Putin telah diracuni memakai zat saraf Novichok.

Novichok dikembangkan badan intelijen rahasia era Uni Soviet dan tidak tersedia secara bebas. Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab mengatakan “Hanya sejumlah kecil orang yang memiliki akses ke Novichok dan racun ini digunakan oleh dinas rahasai Rusia dalam serangan terhadap mantan agen Sergei Skripal,” tuturnya saat menanggapi kasus ini.

Rumah Sakit Charite, Jerman yang mana tempat Navalny diamankan mengungkapkan keadaan Navalny sudah melewati masa kritis dan tidak lagi dalam kondisi koma.

Pasien sudah dikeluarkan dari koma medis dan kini juga sudah lepas dari ventilator mekanis. Dia juga sudah merespon stimulan verbal,” pernyataan dari pihak Rumah Sakit Charite.

Pos terkait