PENJURU.ID, OPINI : – Seluruh proyeksi masa depan sesungguhnya sangat bergantung pada kesiapan sumber daya manusia sebagai sumber kekuatan negara untuk berkembang dan maju, maka untuk menunjang berkembangnya sumber daya manusia harus didasari oleh pendidikan baik itu pendidikan formal maupun pendidikan moral. Tanpa adanya pendidikan mustahil sumber daya manusia dapat berproses menjadi lebih baik.
Oleh karena itu mutu dalam meningkatkan pendidikan sangatlah penting sebab pendidikan dapat menentukan kualitas sumber daya manusia yang saat ini masih rendah dan semakin tertinggal. Semakin tinggi kualitas pendidikan, maka semakin bagus dalam menentukan arah perbaikan kualitas sumber daya manusianya. Tinggi dan rendahnya tingkat pendidikan penduduk dapat mempengaruhi dinamika perubahan dalam kualitas kehidupan sosial ekonomi penduduk suatu daerah.
Dengan adanya peningkatkan mutu kualitas pendidikan, diharapkan dapat merubah pola pikir masyarakat ke arah yang lebih maju. Sehingga pola pikir yang baru dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia menjadi lebih bersinergi.
Pendidikan juga sebagai pengembang masyarakat, karena pendidikan berperan dalam meningkatkan mutu dan kualitas ilmu masyarakat. Selain itu, pendidikan menjadi upaya dalam mengembangkan potensi manusia, karena pendidikan berperan untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang berbudi luhur. Pembangunan karakter bangsa melalui pendidikan, dalam hal ini perlu ada kepedulian pemerintah terhadap pembangunan nilai-nilai karakter bangsa, perlu adanya strategi pembangunan karakter bangsa yang menjelaskan berbagai aspek implementasi nilai-nilai karakter dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui sosialisasi, pendidikan, pemberdayaan, dan kerja sama. Dengan demikian pendidikan memiliki peran yang penting dalam pengembangan potensi manusia, termasuk potensi mental.
Dengan demikian peran penting pendidikan dalam pembangunan bangsa ditunjukkan sebagai upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang diperlukan dalam bidang pendidikan adalah sumber daya manusia yang berkualitas dalam berfikir dan berbuat. Sumber daya manusia yang mampu menguasai IPTEK dan mengembangkannya sehingga dapat memiliki kemampuan secara konseptual dan kemampuan teknis yang dapat menjadi peningkat kualitas proses dan produk pendidikan. Dan diharapkan dengan melalui sektor pendidikan, kualitas sumber daya manusia dapat mengalami peningkatan dan pemikiran yang jauh lebih maju dan lebih baik untuk dimasa depan.
Mengutip tulisan Reza Hermawan (Ketua DPP GMPP-KIM) ahwa kunci utama bagi suksesnya pendidikan untuk masa depan bangsa adalah sejauhmana kita tetap optimis menatap masa depan, tanpa harus kehilangan rasionalitas kita untuk selalu mengoreksi diri dan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada. Secercah optimisme kini sudah mulai nampak, misalnya bisa dilihat dari jumlah anggaran pendidikan yang akan dinaikan menjadi 20 % dari APBN. Tidak tangggung-tanggung kenaikan anggaraan pendidikan ini tertuang dalam amandemen UUD 1945. Meski hingga saat ini realisasinya masih belum nampak, tetapi optimisme akan terwujudnya amanah UUD 1945 itu harus terus dijaga. Apalagi kini bangsa kita menjadi bangsa yang Demokratis di mata dunia Internasional (setelah pemilu 2004 menjadi negera demokrasi terbesar setelah Amerika dan India) dan ini menjadi modal penting bagi identitas kemajuan sebuah bangsa.
Optimisme saja memang tidak cukup kalau tidak diikuti dengan langkah-langkah konkrit. Lalu, langkah konkrit apa yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan kita untuk masa depan? Tentu jawabanya amat sangat banyak, tetapi penulis coba menjawabnya secara sederhana saja. Beberapa jawaban sederhana dibawah ini bisa juga sebagai refleksi untuk sama- sama kita renungkan.
Pertama, pendidikan itu tanggungjawab semua warga negara, bukan hanya tanggungjawab sekolah. Konsekuensinya semua warga negara memiliki kewajiban moral untuk menyelamatkan pendidikan. Sehingga diandaikan ada warga negara yang tidak bisa sekolah hanya karena tidak punya uang, maka warga negara yang kaya atau tergolong sejahtera memiliki kewajiban moral untuk menjadi orang tua asuh bagi kelangsungan sekolah anak yang tidak beruntung itu. (ingat! Walau angka partisipasi pendidikan oleh anak usia sekolah di Indonesia disebut meningkat tiap tahunnya namun di sisi lain, total jumlah anak putus sekolah di negara pada tahun 2019 tercatat berada di kisaran 4,5 juta anak).
Kedua, penulis meyakini paradigma yang mengatakan bahwa “pendidikan itu dimulai dari keluarga”. Paradigma ini penting untuk dimiliki oleh seluruh orang tua untuk membentuk karakter manusia masa depan bangsa ini. Keluarga adalah lingkungan yang paling pertama dan utama dirasakan oleh seorang anak, bahkan sejak masih dalam kandungan. Karena itu pendidikan di keluarga yang mencerahkan dan mampu membentuk karakter anak yang soleh dan kreatif adalah modal penting bagi kesuksesan anak di masa-masa selanjutnya.
Ketiga, kurikulum pendidikan, metodologi pengajaran, sitem evaluasi dan kesejahteraan guru, juga adalah hal penting yang harus terus di perbaiki karena zaman terus berkembang pesat dan saat ini kita sudah memasuki era Revolusi Industri 4.0. Masalah kurikulum misalnya bisa dicermati dari padatnya kurikulum atau terlalu banyaknya pelajaran juga menjadi persoalan tersendiri yang seringkali menghambat kreatifitas guru mapun siswa. Penulis sebetulnya lebih setuju jika sekolah menerapkan sitem SKS (Sistem Kredit Semester), dimana siswa diberikan kebebasan memilih mata pelajaran wajib dan pilihan dan ada ketentuan batas minimal jumlah kredit yang harus diselesaikan sehingga dinyatakan lulus suatu jenjang pendidikan tertentu. (khususnya untuk tingkat SMP dan SMA). Apalagi jika sistem SKS ini dipadukan dengan Kurikulum 2013 (K13), mungkin akan lebih membuat siswa menikmati belajar. Masalah metodologi pengajaran juga perlu terus dikembangkan (ini kewajiban guru). Sementara masalah sistem evaluasi juga perlu terus diperbaiki, seperti misalnya masalah Ujian Nasional yang hingga kini masih dipermasalahkan. Dan masalah kesejahteraan guru, ini juga perlu di cermati. Sebab, bagaimana mungkin guru akan asyik mengajar sementara urusan kesejahteraannya bermasalah. Atau bagaimana mungkin guru mengajar tidak gagap tehnologi dan informasi, sementara ia tidak punya uang untuk beli majalah, jurnal, buku-buku baru, apalagi beli komputer yang bisa akses dengan mudah ke internet. Oleh karena itu, kesejahteraan guru juga harus diperhatikan.
Keempat, untuk meningkatkan kualitas pendidikan demi masa depan diperlukan juga ketegasan untuk menegakkan aturan-aturan main pendidikan yang konsisten dan konsekuen. Sekolah seringkali tidak menghargai siswa yang belajar sungguh-sungguh, buktinya ada banyak siswa yang enggak belajar, malas-malasan, nilainya selalu merah, tapi naik kelas juga. Pokoknya 100% selalu naik kelas. Ini kan sama artinya tidak menghargai anak yang sungguh-sungguh belajar. Sebab yang santai-santai saja pasti naik kelas. Dan juga sekaligus tidak mendidik anak untuk belajar menghadapi resiko. Karena itu jangan heran jika mental manusia Indonesia cenderung enggak berani mengambil resiko, karena di sekolah tidak diajarkan untuk menghadapi resiko.
Kelima, pendidikan itu tidak hanya untuk mencerdaskan anak dalam satu kategori kecerdasan, misalnya hanya kecerdasan intelektual (IQ) tetapi juga untuk mengembangkan kecerdasan-kecerdasan lainya. Seperti kecerdasan spiritual (SQ), kecerdasan rasa (EQ), dan kecerdasan ketahanmalangan (AQ), dan sebagainya. Atau para ahli psikologi menyebutnya sebagai Multiple Intelligence. Sebab, salah satu penyebab bangsa kita berlarut-larut dalam krisis juga karena bangsa kita miskin SQ atau tepatnya miskin ahlak. Karena itu hal-hal yang sifatnya spiritual juga menjadi sesuatu yang penting untuk terus di jaga dan dikembangkan melalui pendidikan. Termasuk juga membentuk semangat team work, pluralism, dan optimistik perlu dikembangkan di sekolah, misalnya bisa melalui kegiatan ekstrakurikuler, OSIS, dan kegiatan keagamaan. Itulah sebabnya Ki Hajar Dewantara sejak awal mendirikan sekolah Taman Siswa juga mengedepankan pendidikan yang memekarkan rasa.
Keenam, mulailah merubah dari diri sendiri. Sebab untuk kemajuan masa depan bangsa harus bisa dimulai dari diri sendiri. Tentu saja dengan terus meningkatkan kualitas diri. Bukankah kemajuan sebuah bangsa tidak bisa terwujud dengan perilaku santai dan bermalas-malasan.
Dari semua itu maka Pendidikan merupakan tanggung jawab semua warga negara. Suksesnya Pendidikan dimasa mendatang adalah sejauh mana kita tetap optimis menatap masa depan tanpa harus kehilangan nasionalitas untuk tetap selalu mengkoreksi diri dan memperbaiki segala kekurangan yang ada. (Shannelom Yuma : Ketua Umum Himpunan Artis Pengusaha Seluruh Indonesia)