PENJURU.ID | Jakarta – Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) sangat berdampak terhadap semua lini kehidupan. Kendati pemerintah telah menerapkan new normal (normal baru), namun akibatnya masih sangat dirasakan hingga saat ini, terutama bagi dunia pendidikan.
Saat dimintai tanggapan mengenai dampak Covid-19, Wakil Rektor (Warek) III Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan (ITB AD) Jakarta, Imal Isti’mal, SE., M.Si menuturkan agar pemerintah melakukan mitigasi.
“Memang Covid ini musibah untuk segalanya, artinya dari segi kehidupan terdampak. Saya mengurusi mahasiswa di ITB Ahmad Dahlan sangat luar biasa mungkin pelayanannya terhadap mahasiswa. Terutama yang terdampak karena orang tuanya yang di rumahkan, ada yang kemudian yang di PHK, ada juga yang kerja tapi di rumahkan. Saya kira dampaknya luar biasa, bahkan bukan hanya pada kemampuan mahasiswa, akan tetapi pada sistem pembelajaran pun menjadikan sebagian dari mereka tidak efektif,” katanya saat diwawancarai tim redaksi Penjuru.id di ruang kerjanya pada Rabu, (22/7/2020).
Ketika ditanya mengenai masukan, Imal menyarankan pemerintah untuk lebih memandang suatu masalah yang dihadapi masyarakat secara akurat, terutama mahasiswa yang terdampak sehingga terpaksa harus menjalankan kuliah online atau kuliah dalam jaringan (Daring). Selain itu menurutnya, pemerintah juga harus bersinergi dengan provider (operator selular) di tengah kesulitan ekonomi yang setiap saat mahasiswa harus merogoh kocek untuk membeli kuota internet. Karenanya pemerintah (khususnya) menteri pendidikan agar melakukan mitigasi (upaya untuk mengurangi risiko bencana Covid) di seluruh kampus, baik perguruan tinggi negeri maupun swasta.
“Ada beberapa hal kebijakan pemerintah saya kira tidak juga melihat pada keorisinilan masalah di lapangan. Kalau saja pemerintah bersinergi dengan para provider, ini saya kira dapat meringankan mahasiswa-mahasiswa juga yang memang semuanya virtual, yang kedua pemerintah, pak menteri juga harus mitigasi permasalahan dari masing-masing kampus. Jangan pula kita apple, swasta apple to apple dengan Negeri misalnya lain sangat lain”.
Lebih lanjut, kembali Imal menegaskan, maka harus ada keterbukaan data terkait mitigasi bencana Covid dari pemerintah. Muaranya agar mahasiswa digodok tidak hanya secara teoritis, tetapi lebih berorientasi pada segi keterampilan (life skill).
“Maka yang pertama adalah keterbukaan soal mitigasi tadi. Ini PR ya dari kementrian bahwa life skill, sekali lagi life skill dari mahasiswa itu harus di nomor satukan jangan kemudian terlalu banyak teori sementara mahasiswa dalam kondisi sekarang ini tidak memiliki keahlian sama sekali,” jelasnya.
Diakhir keterangannya, Wakil Rektor (Bidang Kemahasiswaan) ini terus menyarankan agar perlunya mitigasi. Tujuannya agar publik tahu seberapa parah dampak dari Covid yang menginfeksi hampir seratus ribu (91.751) penduduk dalam negeri. Dengan demikian pemerintah bisa mengetahui sekaligus melakukan upaya pencegahan terhadap mahasiswa yang terancam putus kuliah akibat himpitan ekonomi.
“Itulah harapan-harapan kampus-kampus swasta dalam pembinaan pada mahawiswa bagaimana pemerintah memitigasi sehingga tahu seberapa parahkah efek dari covid ini, ada kemudian tindakan-tindakan preventif supaya mahasiswa tidak putus kuliah dengan cara apa? Beasiswa. Lalu kemudian pendidikan yang fokus pada skill,” pungkasnya.
(AM)