PENJURU.ID | Jakarta – Padang Lawas merupakan salah satu daerah di Provinsi Sumatera Utara hasil pemekaran dari Tapanuli Selatan yang saat ini telah dimekarkan menjadi Kabupaten tersendiri. Bupati pertama yang memimpin daerah tersebut bernama Basyrah Lubis dan Wakil Bupatinya dijabat oleh H. Ali Sutan Harahap. Kemudian diperiode Pemerintahan Kab. Padang Lawas berikutnya dipimpin oleh H. Ali Sutan Harahap atau yang akrab disapa TSO.
Kabupaten Padang Lawas yang sudah ber umur 13 Tahun tersebut sejak dimekarkan Tanggal 17 Juli Tahun 2007 genap sampai 17 Juli 2020 (hari ini) telah banyak melahirkan generasi-generasi Tokoh Muda dan Tokoh Masyarakat yang berkiprah di kancah Nasional maupun Internasional, salah satunya yaitu pengacara kondang Pitra Romadoni Nasution. Tokoh Muda yang lahir dari pasangan Ali Gusnar Nasution dan Siti Naimah Rafiah Nasution ini telah banyak menyabet prestasi-prestasi dibidang hukum, sehingga tidak diragukan lagi elektabilitasnya di dunia hukum tanah air.
Pitra Romadoni Nasution, Putra kelahiran Sibuhuan ini mengungkapkan bahwasanya banyak histori dan pengalaman yang ia dapatkan sejak duduk dibangku Sekolah Dasar (SD) sampai ke bangku perkuliahan. Rekam jejaknya mulai dikenal di kalangan masyarakat sejak menjadi Aktivis Mahasiswa di salah satu perguruan tinggi Sumatera Utara, hingga pernah memimpin berbagai Ormas, baik ditingkat daerah maupun Nasional.
“Dulu waktu SD sampai tingkat Menegah Keatas saya selalu Peringkat 1 sampai 3 mentoknya pernah diperingkat ke 5, walaupun saya sibuk dengan pelajaran di sekolah sehabis pulang sekolah saya dulu bekerja membantu ibu saya seorang Pedagang kain di Pasar Sibuhuan, dan saya masih ingat waktu SD saya masih kecil bangat itu Rumah kami Pernah terbakar, entah dibakar orang atau tidak saya tidak tahu karena sampai saat ini peristiwa tersebut masih menyimpan tanda tanyak dipikiran saya. Entahlah,” kenangnya melalui pesan singkat yang diterima tim redaksi penjuru.id pada Jumat (17/7/2020).
Tokoh muda kritis dan progresif ini menerangkan bahwa sejak dahulu hobbynya hanya demonstrasi atau aksi unjuk rasa menentang kebijakan-kebijakan Pemerintah yang tidak pro rakyat, tapi seiring berjalannya waktu dia sadar bahwa setiap perubahan itu harus menjadi pelaku utama, sehingga ia meneruskan karier yang digelutinya ke jenjang yang lebih tinggi menjadi seorang Pengacara.
“Menduduki bangku Menengah keatas, semua biaya sekolah saya Gratis karena hasil kerja keras saya membantu orang tua di Pasar menjual kain sarung dan pakaian, gajinya saya untuk biaya sekolah. Setelah saya menduduki bangku perkuliahan juga begitu, semua biaya perkuliahan Gratis dan tidak bayar sama sekali karena saya termasuk dalam Mahasiswa Berprestasi dan selalu Mendapatkan Beasiswa PPA (Prestasi) dari Pihak Kampus di Medan Sumatera Utara. Nah, dari situlah saya memulai karier menggeluti dunia hukum sampai saya melanjutkan studi ke Bandung, Jawa Barat. Saya melanjutkan S2 Magister Ilmu Hukum Bisnis di Bandung juga begitu, dengan menorehkan Prestasi akhirnya sepeserpun saya tidak ada bayar uang kuliah untuk Magister Ilmu Hukum melainkan dapat beasiswa dari Para Pengusaha Kain Sarung dan Beras di Majalaya buah dari hasil diplomasi dan prestasi,” lanjutnya.
Saat sedang menyelesaikan studi di kota Kembang, alumni Pascasarjana di salah saatu perguruan tinggi Bandung itu dipercayakan untuk menyelesaikan perselisihan aset dan kehartabendaan hotel yang pailit (bangkrut), namun perkara itu diselesaikan secara damai. Disinilah kariernya mulai dikenal di bidang hukum yang ditekuninya.
“Waktu itu saya dipercaya menyelesaikan kasus Aset dan harta dari Kepailitan Grand Royal Panghegar Hotel Bandung, yang berujung pada Perdamaian. Disitulah mulai karier saya dalam dunia hukum, karena mampu menuntaskan permasalahan Aset Kepailitan Keluarga Panghegar Group yang ber ujung pada Perdamaian”, bebernya.
Usai menyelesaikan perkara bos Panghegar, Pitra kemudian bertekad untuk mengadu nasib di Jakarta. Baginya, Ibukota Negara merupakan arena tempur. Karenya, pada momentum hari jadi Kabupaten Padang Lawas ke 17 tahun ini dia berharap agar kedepan dibawah kepemimpinan Ali Sutan Harahap semua stake holder terus memberikan kontribusi positif demi kemajuan daerah kelahirannya.
“Setelah Kasus Bos Panghegar selesai Pak Cecep Rukmana Ruhiyat, sayapun menginjakkan kaki ke Ibu Kota Jakarta dan sampai saat ini telah berdomisili dan menetap di Jakarta, Jakarta adalah arena tempur saya bukan dikampung halaman yang mesti kita jaga seperti kata natobang di Desa saya Kambing dikampung sendiri tapi Banteng di Perantauan, harapan saya kedepan semoga Kab. Padang Lawas semakin Bercahaya dibawah kepemimpinan Bapak H. Ali Sutan Harahap atau TSO saya selalu setia memajukan daerah tanah kelahiran yang saya cintai, berhubung saya selaku Penasehat Hukum Penerintah Kab. Padang Lawas, saya berharap Masyarakat kita, khususnya Pemuda dan Stake holder marilah kita bantu pemimpin kita Pak TSO dalam membangun Palas yang bercahaya dan mari kita kurangi beban pemikiran beliau dari hal-hal yang tidak penting dan menggangu stabilitas kemajuan ekonomi dan pembangunan daerah,” tutupnya.
( AM )