Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan dalam Menanamkan Civic Virtue di Era Digital

Oleh: Susi, S.Pd.,M.Pd.
Dosen Program Studi PPKn Universitas Pamulang.

PENJURU.ID | OPINI – Di tengah arus perubahan zaman yang begitu cepat, terutama karena kemajuan teknologi digital, kita perlu melihat kembali peran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam membentuk karakter warga negara. Pembelajaran kewarganegaraan tidak lagi hanya soal menghafal norma dan aturan, melainkan juga tentang menanamkan sikap kritis dan tanggap terhadap berbagai dinamika informasi yang kini mudah diakses. Di era digital ini, peran PKn menjadi semakin vital agar generasi muda tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki moralitas dan etika yang kuat.

Bacaan Lainnya

Kemudahan akses informasi memang membuka peluang besar bagi pembelajaran, namun di sisi lain, hal ini juga membawa tantangan serius. Informasi yang beredar dengan cepat dan tanpa verifikasi sering kali memicu kebingungan dan bahkan polarisasi di masyarakat. Oleh karena itu, integrasi literasi digital ke dalam kurikulum PKn sangatlah penting. Seperti yang diungkapkan oleh para ahli dalam studi terkini, penguatan karakter melalui pendidikan kewarganegaraan merupakan langkah strategis untuk membekali siswa dengan kemampuan menyaring informasi dan berpartisipasi secara kritis dalam kehidupan demokratis.

Strategi pengajaran yang memanfaatkan teknologi digital perlu dioptimalkan agar pembelajaran PKn tidak terasa kaku dan monoton. Dengan menerapkan metode blended learning, e-learning, dan penggunaan platform interaktif, guru dapat menyajikan materi dengan cara yang lebih menarik dan relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pendekatan ini memungkinkan siswa untuk belajar melalui simulasi digital, diskusi online, dan permainan edukatif yang secara efektif mengilustrasikan nilai-nilai kewarganegaraan.

Tidak hanya soal teknik pengajaran, peran guru dalam era digital juga menuntut kemampuan untuk membimbing siswa dalam menggunakan teknologi secara bertanggung jawab. Guru harus mampu mendampingi siswa agar tidak terjebak dalam informasi yang salah atau menyimpang. Melalui pelatihan dan workshop literasi digital, guru dapat menanamkan etika penggunaan teknologi yang seimbang, sehingga siswa bisa mengenali mana informasi yang valid dan mana yang perlu diwaspadai.

Peran guru sebagai fasilitator juga menjadi sangat krusial. Di era digital, guru tidak hanya sebagai penyampai materi, tetapi juga sebagai pengarah dan moderator dalam diskusi kelas. Dengan gaya pengajaran yang lebih natural dan dialogis, guru mengajak siswa untuk aktif berdiskusi, bertanya, dan mengemukakan pendapat. Hal ini, menurut model “Modification of Project Citizen” yang dikembangkan oleh Trisiana et al. (2019), terbukti efektif dalam menumbuhkan civic virtue melalui pembelajaran yang kontekstual dan partisipatif.

Selain itu, kebijakan pendidikan harus mendukung transformasi ini. Pemerintah dan lembaga pendidikan perlu memastikan bahwa infrastruktur digital tersedia secara merata, dan program pelatihan untuk guru selalu diperbaharui. Penyesuaian kurikulum yang memasukkan komponen literasi digital tidak hanya meningkatkan mutu pendidikan, tetapi juga menyiapkan siswa untuk menghadapi tantangan global dengan bekal moral dan etika yang kuat.

Kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat juga sangat penting. Siswa yang mendapatkan dukungan holistik dari berbagai pihak akan lebih mudah menginternalisasi nilai-nilai kewarganegaraan. Kegiatan ekstrakurikuler, proyek komunitas, dan forum diskusi online dapat menjadi jembatan antara teori di kelas dengan praktik di masyarakat, sehingga nilai-nilai PKn benar-benar terwujud dalam kehidupan sehari-hari.

Pendapat para ahli menunjukkan bahwa transformasi pembelajaran harus dilakukan secara menyeluruh. Guru di era digital harus memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi, tidak hanya dalam mengoperasikan teknologi, tetapi juga dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif dan kontekstual. Dengan demikian, pembelajaran PKn menjadi lebih menyenangkan dan bermakna, yang secara langsung berdampak pada pembentukan karakter siswa.

Dalam kancah global, pendidikan kewarganegaraan juga berperan sebagai jembatan antara identitas nasional dan nilai-nilai universal. Guru harus mampu mengarahkan siswa untuk memahami dan menghargai keberagaman, serta membangun sikap toleransi yang kuat. Hal ini sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang inklusif dan demokratis, di mana setiap individu memiliki peran aktif dalam pembangunan bangsa.

Secara keseluruhan, revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan di era digital adalah keharusan untuk membentuk warga negara yang tidak hanya terinformasi, tetapi juga berkarakter dan bertanggung jawab. Integrasi teknologi, penguatan literasi digital, dan dukungan kebijakan yang komprehensif merupakan kunci utama dalam mewujudkan hal tersebut. Dengan pendekatan yang natural dan relevan, pendidikan kewarganegaraan dapat menjadi fondasi kuat dalam menghadapi tantangan global sekaligus menjaga nilai-nilai luhur bangsa.

Pos terkait