PENJURU.ID | Agam – Keterbatasan fisik dan ekonomi, bukanlah menjadi sebuah penghalang besar dalam mengais pundi pundi demi mengepulnya asap dapur. Itulah kejadian yang terlihat dan tersirat.
Disaat sebagian masyarakat banyak yang mengeluh karena sulitnya lapangan pekerjaan, menurunnya omset pedagang di pasar, harga komoditas pertanian yang tak menentu. Serta cerita lainnya yang dirasakan oleh sebagian besar masyarakat akibat dampak dari pandemi saat ini.
Hal ini berbanding terbalik dengan yang dialami oleh keluarga kecil Nofrizal, saat dikunjungi oleh para media Kamis (18/6/2020) di kediamannya, tepatnya di Jorong Padang Galanggang, Nagari Matua Mudiak, Kecamatan Matur, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Ketua Organisasai Penyandang Disabilitas Kabupaten Agam ini tetap berjuang dan menegakkan kepala dalam memandang kehidupan. Disaat sebagian orang disibukan dengan protes menuntut ketidak adilan penyerahan bantuan sosial terdampak covid-19, Nofrizal justru bangkit menunjukkan hal yang berbeda.
Lewat kreativitasnya dengan memanfaatkan limbah daun kelapa, Nofrizal berhasil membuat inovasi solusi ekonomi kreatif. Bersama anak istrinya Nofrizal membuat sejenis sapu lidi, yang berfungsi sebagai pemukul kasur, penyapu karpet dan bisa juga dipakai sebagai pemukul lalat.
“Alhamdulillah sapu yang kita buat diterima oleh pasar, Saat ini berapapun jumlah yang saya buat, segitu lah terjual semua, karena sudah ada penampungnya“, jelas Nofrizal.
Ditambah lagi, saat ini kita terkendala dengan modal sebenarnya, kalaulah modal kita cukup, mungkin produksi sapu ini bisa empat kali lipat dari ini siapnya satu hari, ujarnya. Kan kita perlu cari bahan baku, terus kita juga beli alat alat. Semua itu butuh modal.
Produksi kita saat ini sekitar 100 sapu per-hari, kalau dihitung laba bersih memang tidak seberapa, tapi jadilah untuk mengasapi dapur, ujarnya. Saat ditanya soal bantuan, dengan gaya klasiknya Nofrizal menyampaikan ke media bahwa “kito urang kayo, jadi bantuan tu indak kito persoalkan do, yang penting Ambo sehat, kami sekeluarga sehat dan dapua barasok” ujarnya dengan logat bahasa Minangkabau, yang khas saat diwawancara para media.
Ditambahkan Nofrizal, buat masyarakat yang memang mampu, janganlah mengaku tidak mampu demi mengharapkan bantuan. Karena banyak kejadian diluar sana seperti itu. Begitu juga dengan yang berfisik lengkap, ayo semangat dalam berkarya, buat pemangku kebijakan, mari amanah, jangan manfaatkan kebijakan mu hanya untuk segelintir golongan mu dan merugikan kepentingan orang banyak, ujarnya.
Lewat kejadian ini, kita disuguhi pelajaran yang sangat berharga. Dengan segala keterbatasan fisiknya, Nofrizal tetap tegap berdiri menghadapi masa sulit saat pandemi. Ternyata keterbatasan fisik bukan lah menjadi sebuah penghalang.
Dalam hal ini, sudah sepatut dan selayaknya, para Pemangku kebijakan di Agam, Sumatera Barat, maupun Indonesia agar lebih memperhatikan kreatifitas anak Negeri seperti yang dilakukan Nofrizal ini. Dengan bermodalkan semangat dan keinginan, kebutuhan keluarga sehari hari tetap terselamatkan dan asap dapur tetap mengepul.
(Anto)