LSM Perak Ultimatum APH: Jangan Biarkan Pembangunan Puskesmas Tarowang Rp7 Miliar Jadi Monumen Korupsi

PENJURU.ID | Jeneponto — Ketegasan LSM Perak mengguncang publik Jeneponto. Lembaga ini dengan suara lantang menyoroti proyek pembangunan Puskesmas Tarowang yang menelan anggaran Rp7,13 miliar dari DAK Fisik Bidang Kesehatan Tahun 2024, namun kini kondisinya runtuh secara moral dan fisik  dinding retak, lantai rapuh, padahal bangunan baru seumur jagung.

Temuan di lapangan menguak fakta mencengangkan. Tim investigasi LSM Perak menemukan indikasi kuat bahwa pekerjaan proyek jauh dari standar konstruksi. besar dugaan campuran beton disebut tidak memenuhi mutu K-250, bahkan material pasir diduga bercampur lumpur, memicu lemahnya daya rekat dan kekuatan struktur.

Retak-retak nampak sudah ditambal
Menggunakan acian plus

Sumber internal menyebut, rekayasa teknis sengaja dilakukan untuk memangkas biaya, membuka peluang besar bagi praktik mark-up dan korupsi terselubung.

Kondisi makin memalukan ketika fasilitas IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) yang seharusnya menjadi sistem vital pelayanan kesehatan belum sepenuhnya berfungsi hingga kini.

Belum maksimalnya pasokan listrik membuat limbah medis berpotensi mencemari lingkungan sekitar sebuah ancaman kesehatan publik yang nyata, hasil dari kelalaian dalam perencanaan dan pengawasan.

Koord. Devisi Hukum dan Pelaporan, DPP LSM PERAK, Burhan Salewangan,S.H., menegaskan sikap keras lembaganya terhadap dugaan pelanggaran tersebut. Ia menilai proyek bernilai miliaran rupiah itu sarat kejanggalan dan berpotensi menjadi ladang korupsi yang merugikan rakyat.

  
Retak dibagian pendasi dindin teras
Samping

“Kami tidak akan diam! Ini uang rakyat, bukan milik pribadi. Kualitas bangunan sangat tidak sepadan dengan nilai kontraknya. Kami mendesak aparat penegak hukum segera turun tangan, periksa semua pihak  mulai dari kontraktor hingga oknum dinas yang membiarkan proyek asal jadi,” tegas Burhan, Rabu (05/11/2025).

Ia menambahkan, jika dalam waktu dekat tidak ada audit terbuka dan klarifikasi resmi dari Dinas Kesehatan Jeneponto, pihaknya siap melangkah lebih jauh.

“Kami akan bawa kasus ini ke tingkat provinsi, bahkan ke KPK bila perlu. Jangan biarkan proyek kesehatan dijadikan bancakan. Rakyat butuh pelayanan, bukan bangunan retak-retak yang hanya jadi monumen korupsi,” lanjutnya geram.

Berdasarkan data yang dihimpun, proyek tersebut dikerjakan oleh CV. Fariz Jaya Nusantara dengan nilai kontrak Rp7.132.932.348,10. Sumber lapangan mengungkap bahwa pengerjaan dilakukan secara tergesa-gesa menjelang tutup tahun anggaran 2024 indikasi kuat adanya motif mengejar serapan dana tanpa memperhatikan mutu dan kelayakan teknis.

Ambruk dibagian pintu masuk
Ruangan

Saat dikonfirmasi, pihak pelaksana berinisial TT berdalih proyek masih dalam masa pemeliharaan. Namun alasan itu justru mempertegas lemahnya kualitas kerja, sebab kerusakan tampak di hampir seluruh sisi bangunan meski baru beberapa bulan difungsikan.

Publik kini menyorot sikap diam Dinas Kesehatan Jeneponto yang belum mengambil langkah tegas terhadap kontraktor, meski kerusakan sudah jelas kasat mata. Pertanyaan pun bergulir, apakah institusi itu turut terlibat, atau sekadar menutup mata?

Kasus ini menjadi ujian integritas aparat penegak hukum (APH) di Jeneponto. Masyarakat menanti, apakah mereka berani membongkar “bau busuk” di balik proyek miliaran ini, atau justru ikut membiarkan praktik korupsi berkeliaran di sektor kesehatan?

“Kami di LSM Perak tidak akan berhenti bersuara. Bila kasus ini dibiarkan, maka ini preseden buruk bagi proyek pemerintah daerah lainnya. Kami ingin tahu, apakah hukum di Jeneponto masih berpihak pada rakyat,” tutup Burhan

Diketahui, LSM Perak Sulsel telah melayangkan laporan resmi ke Unit Tipiter Satreskrim Polres Jeneponto beberapa hari lalu, dan kini tinggal menunggu proses pengambilan keterangan dari pihak penanggung jawab lembaga terkait laporan tersebut.

Retak tembus, bagian depan nampak 
Sudah di tambal gunakan acian plus

Hasil pantauan PENJURU.ID di lokasi menunjukkan sejumlah bagian retak sudah ditambal seadanya dengan acian plus bukan acian semen, sekadar menutupi kerusakan. Padahal retakan itu tembus hingga struktur utama semestinya dibongkar total demi memastikan kekokohan dan daya tahan bangunan ke depan.

Pos terkait