Kebiasaan Baru Saat Pembelajaran di Zona Hijau

Pembelajaran di Zona Hijau

PENJURU.ID | OPINI – Pendidikan  merupakan tonggak dalam kehidupan bangsa. Ada pepatah yang mengatakan bahwa jika ingin melihat keberhasilan suatu bangsa, maka lihatlah keberhasilan generasi anak bangsanya. Hal ini menunjukkan bahwa sebuah keberhasilan suatu bangsa juga tergantung pada pendidikan di suatu negara.

Biasanya penyambutan tahun ajaran baru disambut dengan antusias dan rasa gembira oleh para peserta didik baru dan para orang tua. Tetapi saat ini, akibat adanya pandemi Covid-19, penyambutan tahun ajaran baru terasa kurang meriah. Biasanya para orang tua berbondong-bondong menuju tempat perlengkapan sekolah untuk membelikan keperluan sekolah anaknya.

Bacaan Lainnya

Namun, pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan mengenai pembelajaran, salah satunya di daerah zona hijau. Mengizinkannya sekolah yang berada di zona hijau untuk kembali melakukan kegiatan pembelajaran secara tatap muka.

“Yang 6% yaitu yang di zona hijau itulah yang kami memperbolehkan pemerintah daerah untuk melakukan pembelajaran tatap muka, tetapi dengan protokol yang sangat ketat,”  ujar Nadiem Makariem (Mendikbud) pada video konferensi (15/06/20).

Kegiatan pembelajaran dengan tatap muka ini juga harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh keputuan bersama empat Menteri. Dimana sekolah-sekolah yang berada di zona hijau berhak untuk menyelenggarakan pendidikan secara tatap muka.

Namun, kegiatan tersebut harus tetap mematuhi protokol kesehatan Covid-19. Pembelajaran tatap muka ditengah pandemi memang membuat orang mungkin akan khawatir termasuk orang tua.

Jika dalam keputusan rapat tersebut menunjukkan bahwa orang tua bersedia untuk kembali melakukan pembelajaran secara tatap muka. Maka setiap sekolah harus melakukan kebiasaan-kebiasaan baru yang harus diterapkan dan dipatuhi oleh seluruh warga sekolah tersebut.

Para peserta didik dan pendidik yang diwajibkan menggunakan masker, menggunakan face shield, serta jarak 1 meter antar siswa pun perlu dilakukan. Akibatnya perlu dilakukan shiffting, yang biasanya di dalam kelas seluruh siswa yang berjumlah sekitar 36 orang dapat melakukan kegiatan pembelajaran.

Bahkan handsanitizer harus terdapat disetiap kelas dan sudut sekolah, dan penyediaan toilet yang bersih serta penyediaan sabun cuci tangan di toilet pun harus diadakan. Dengan kegiatan dan kebiasaan baru yang perlu diterapkan ini. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah harus memenuhi dan mematuhi protokol kesehatan Covid-19.

Oleh karena itu, sesi mengapreasi kehadiran siswa untuk mengikuti pembelajaran pun perlu dilakukan. Walaupun kegiatan pembelajaran tatap muka ini dilakukan dengan shiffing atau pergantian kelas dengan siswa lainnya, maka penerapan pembelajaran pun perlu dilakukan secara merata.

Untuk itu kebiasaan-kebiasaan baru inilah yang perlu diterapkan. Mulai dari hal-hal kecil, mungkin saja kegiatan tersebut dianggap sepele. Namun, jika dilihat dari segi manfaatnya akan memberikan manfaat yang lebih besar.

Penulis: Mita Ulfia Fauziah

Pos terkait